Aplikasi

Secara medis, untuk melakukan tes penyakit TBC dilakukan dalam tiga tahap, pertama tes darah, tes kedua yaitu tes dahak ,tes ketiga adalah rontgen X-ray dada. Yang membuat proses pemeriksaan menjadi lama adalah proses pengambilan dahak pagi yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut.Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang mampu untuk mendeteksi penyakit tuberculosis secara cepat tanpa harus melalui serangkaian tes laboratorium yang panjang. Salah satu cara adalah dengan pemanfaatan hidung elektronik (e-nose) yang difungsikan untuk mendeteksi bau atau aroma.

Teknologi enose(electronic nose) menggunakan komponen dasar seperti deret sensor gas(TGS series), akuisisi data (preprocessing signal), signal processing(FFT) dan kecerdasarn buatan dengan menggunakan LVQ(Learning Vector Quantizatiion). Udara pernapasan sebagai input identifikasi akan diproses, dilakukan pengolahan sinyal dengan metode FFT. Pada output FFT masing-masing sensor terdapat 4 titik frekuensi yang aktif, sehingga untuk data keseluruhan terdapat 24 titik frekuensi dan dengan data tersebut dilakukan perancangan TB marker.TB marker digunakan sebagai input dalam melakukan traning nilai bobot dan input identifikasi. Pada proses identifikasi yang memiliki jarak terdekat yang menentukan kelas target.

Jarimgan LVQ yang digunakan adalah 24 neuron pada input layer dan 2 neuron pada output layer. Nilai output pada pegujian offline memiliki selisih empat digit angka dengan nilai output pada pengujian online tetapi memiliki klasifikasi kelas yang sama. Tingkat identifikasi offline LVQ dengan perhitungan manual untuk TB dan non TB adalah 100%.Tingkat identifikasi online LVQ pada labview dengan input manual diperoleh tingkat identifikasi untuk TB adalah 67% sedangkan untuk non TB adalah 100%